Jumat, 18 Maret 2016

Danau-Danau di Sumatera Barat


1. Danau Singkarak
Merupakan danau yang terbesar di Sumatera Barat dengan panjang 21 km yang terletak di pinggir jalan raya Padang Panjang – Solok. Di sekitar danau terdapat beberapa tempat untuk beristirahat dan bersantai serta tersedia juga berbagai fasilitas sampan, boat dan hotel. Tersedia juga fasilitas untuk mengelilingi danau dengan pemandangan yang indah.

                                2. Danau Di Atas dan Di Bawah
 Kedua danau ini dikenal dengan sebutan Danau Kembar. Kedua danau tersebut terletak di Desa Pasar Simpang, Kecamatan Lembayang Jaya, Kab. Solok, berjarak kurang lebih 47 km dari Kota Solok dan 56 km dari Kota Padang. Keunikan dari danau kembar tersebut adalah untuk menuju Danau Di atas, kita harus melalui jalan yang menurun sedangkan untuk menuju Danau Dibawah, kita harus melalui jalan yang mendaki. Di sekitar danau ditanam buah markisa dengan rasa yang manis, sayur-sayuran, dan kentang.

Busana Adat Minangkabau


 Makna simbolik yang terkandung pada Baju Penghulu yang dikenakan oleh pria dalam adat Sumatera Barat antara lain:

  1. Bagian atas penutup kepala disebut dengan nama seluk atau destar. Kerut-kerut yang terdapat pada penutup kepala ini melambangkan banyaknya undang-undang yang perlu diketahui oleh penghulu
  2. Baju penghulu yang didominasi warna hitam, dipilih sebagai lambang kepemimpinan yang terhormat, disegani, dan berwibawa
  3. Sarawa atau celana penghulu yang berukuran besar memiliki makna bahwa seorang pemangku adat adalah orang yang besar dan bermartabat
  4. Sesamping berwarna merah yang dikenakan seperti pada baju teluk belanga melambangkan keberanian dalam mencapai kebenaran
  5. Keris dibagian pinggang dengan posisi condong kekiri melambangkan bahwa seorang penghulu harus berfikir sebelum menggunakan senjatanya
  6. Tongkat sebagai pelengkap dalam pakaian adat Sumatera Barat menunjukkan bahwa penghulu adalah orang yang dituakan dan dihormati oleh kaumnya

Rumah Gadang

Jumpa lagi Minangholic! Kali ini kita akan membahas tentang Rumah Gadang. Pasti sudah tau kan? Yup, Rumah Gadang adalah rumah tradisional Minangkabau. Arsitekturnya yang unik membuat Rumah Gadang tak lepas dari ingatan Minangholic, ya kan? Eh, tapi kalian tau nggak sih sejarah Rumah Gadang? Well then, let's check it out!
Istano Basa Pagaruyuang
Menurut yang dilansir Wikipedia, Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun, namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng. Proses pendiriannya juga nggak mudah guys. Tiang utama dari Rumah Gadang, disebut Tonggak Tuo, diambil dari hutan secara gotong-royong. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu pohon juha, dan berdiameter kurang lebih 50cm.
Rumah Gadang hanya dihuni oleh anggota kaum perempuan. Hal ini karena sistim kebudayaan Minangkabau yang Materialistis. Pemuda-pemuda kaum yang belum menikah biasanya tinggal di Surau atau merantau. Tiap-tiap kamar di Rumah Gadang dihuni oleh sebuah keluarga. Perempuan tua beserta perempuan yang masih remaja memiliki kamar di dekat dapur.
Arsitektur Rumah Gadang yang berbentuk seperti lancip-lancip runcing terinspirasi dari tanduk kerbau. Banyak bangunan modern saat ini yang "meniru" desain Rumah Gadang. Misalnya Masjid Raya Sumatera Barat, Istana Nurul Iman di Brunei Darussalam, dan The House of the Five Senses di Belanda.

Jumat, 26 Februari 2016

Apa Itu Minangkabau?



Hai Minangholic! Mungkin banyak teman-teman yang bertanya tentang Minangkabau, termasuk judul blog ini. Apa itu Minangkabau?
Daerah penyebaran suku minangkabau. Wikipedia.
Minangkabau  adalah suatu suku endemik yang mayoritas berdomisili di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Orang minang identik dengan makanannya, mulai dari Nasi Padang, Sate Padang, Rendang, dan masih banyak lagi. Orang Minang juga disandingkan dengan budaya Merantau. Bahkan suatu rumah produksi membuat film dengan judul yang sama.
Ada banyak penjelasan terhadap fenomena ini, salah satu penyebabnya ialah sistem kekerabatan matrilineal. Dengan sistem ini, penguasaan harta pusaka dipegang oleh kaum perempuan sedangkan hak kaum pria dalam hal ini cukup kecil. Selain itu, setelah masa akil baligh para pemuda tidak lagi dapat tidur di rumah orang tuanya, karena rumah hanya diperuntukkan untuk kaum perempuan beserta suaminya, dan anak-anak.